Minggu, 08 Juni 2014

0
undefined undefined undefined

About This Blog...

Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ICT di ATRO Muhammadiyah Makassar. Semoga Bermanfaat :)

0 komentar:

Rabu, 04 Juni 2014

0
undefined undefined undefined

Teknik Pemeriksaan Ossa Manus


Dalam pemeriksaan radiografi ossa manus indikasi pemeriksaan radiologi yang sering dijumpai adalah meliputi trauma (cidera), fraktur, fisura, dislokasi, luksasi, ruptur. Sedangkan untukpatologisnya adalah Artheritis, Osteoma, Benda asing (corpus alienum), Cacat bawaan  (Congenental), Polidactile. 
Untuk ossa manus proyeksi yang digunakan meliputi Postero Anterior (PA), Lateral, Oblique, dan AP Perbandingan. Untuk lebih jelasnya simak di bawah ini.

Proyeksi Postero Anterior (PA) atau Dorsopalmar
Kaset : Kaset yang digunakan adalah kaset ukuran 18×24 cm untuk manus dangan besar rata-rata. Atau gunakan kaset ukuran 24×30 cm melintang untuk dua gambaran.
Posisi Pasien :

  • Untuk posisi pasien dalam pameriksaan radiologi. Pasien duduk menyamping pada tepi meja pemeriksaan.
  • Atur ketinggian pasien sehingga lengan pasien nyaman di atas meja pemeriksaan.
Posisi obyek :
  • Istirahatkan lengan antebrachi pada meja pemeriksaan dan tempatkan manus dengan bagian palmar di bawah menempel pada kaset.
  • Letakan MCP joints pada pertengahan kaset, dan atur kaset sejajar antebrachi dan manus.
  • Rentangkan jari-jari tangan yang di periksa.
  • Mintalah pada pasien agar tangannya relaks untuk menghindari gerakan. Cegah pergerakan yang tidak disengaja dengan menggunakan softbag atau plaster. Sebuah sandbag mungkin dapat diletakkan diatas distal antebrachi.
  • Jangan lupa gunakan apron pada pasien untuk melindungi organ sensitife.
  • Pada saat eksposure pasien diusahakan menoleh ke sisi yang tidak di foto atau menjauhi arah sinar.
FFD : 100cm
Arah sinar :
Atur sinar tegak lurus pada kaset pada Metacarpophlangeal joint Digit III.
Tampilan struktur :
Pada PA projection dari carpals, metacarpal, phalang, persendian, dan distal radius dan ulna tampak pada radiograf. Gambaran ini juga terdapat pada PA Oblique projection pada digit pertama.
Kriteria Radiograf
Kriteria radiograf yang tampak pada proyeksi ini yaitu
  • Tidak ada rotasi pada manus ditandai dengan
    • Lekuk pada metakarpal dan phalang sama pada kedua sisi
    • Soft tissue pada kedua sisi phalang sama besar
    • Jika terfisualisasi kuku di pertengahan pada masinhg masing distal phalang
  • MCP dan interphalangeal joint membuka menandakan manud diletakan rata pada kaset
  • Jari sedikit memisah ditandai tidak adanya soft tissue yang overlap
  • Terlihat anatomi distal radius dan ulna
  • Tampak soft tissue dan trabekula tulang
CATATAN : Ketika MCP joint dalam pemeriksaan dan pasien tidak dapat mengekstensikan tangan maka cukup tempatkan permukaan palmar bersentuhan dengan kaset. Posisi dari manus dapat dibalikan untuk AP Projection. Posisi ini juga digunakan untuk metakarpal ketika tangan tidak dapat diektensikan karena sakit, atau sebuah kondisi patologis.
PA Oblique Projection (Lateral Rotasi)
Kaset : Gunakan kaset 18 x 24 cm memanjang atau 24 x 30 cm melintang untuk dua gambar.
Posisi Pasien :
  • Dudukkan pasien di ujung meja radiografi.
  • Sesuaikan tinggi pasien untuk mengistirahatkan lengan bawah di atas meja.
Posisi Objek :
  • Istirahatkan lengan bawah pasien pada meja dengan tangan yang pronated dan telapak tangan yang beristirahat pada kaset.
  • Atur tangan obliq sehingga MCP joint membentuk suatu penjuru atau sudut kira-kira 45 derajat dengan kaset.
  • Gunakan irisan busa dengan sudut 45 derajat untuk mensuport jari-jari dalam posisi yang diekstensikan  untuk mempertunjukkan interphalangeal joints
  • Ketika memeriksa tulang telapak tangan (metakarpal), didapat PA projection ossa manus  memutar tangan pasien secara menyamping (secara eksternal) dari posisi yang pronated sampai ujung jari menyentuh kaset
  • Jika tidak memungkinkan untuk memperoleh posisi yang benar dengan semua ujung jari yang beristirahat (diletakkan) pada kaset. Angkatlah jari telunjuk dan ibu jari pada suatu material radiolucent. Pengangkatan digunakan untuk membuka jarak persendian dan mengurangi pemendekan dari phalang
  • Untuk pendekatan yang lain. Pusatkan kaset pada MCP joint dan atur garis tengah paralel dengan poros antebrachi dan manus
  • Gunakan apron pada pasien untuk mengurangi radiasi serap
FFD : 100 cm
Arah Sinar :
Tegak lurus kaset pada MCP joint digit III.
Tampilan struktur :
Hasil gambar yang dihasilkan pada PA oblique projection adalah jaringan tulang dan soft tissue manus. Posisi tambahan ini digunakan untuk menyelidiki fraktur dan kondisi patologis.
Kriteria Evaluasi

Berikut ini anatomi yang tampak pada radiograf
  • Terjadi sedikit overlap dari mekarpal tigadan empat serta empat dan lima
  • Sedikit overlap base dan caput metakarpal.
  • Metakarpal kedua dan ketiga memisah.
  • Interphalangeal joint dan MCP joint membuka.
  • Digit sedikitn terpisah dengan tidak overlap atas jaringan lunak mereka.
  • Semua anatomi distal radius distal dan ulna.
  • Tampak jaringan tipis (soft tissue) dan trabecula tulang.
CATATAN : Lane Kennedy dan Kuschner merekomendasikan penggunaan oblique projection untuk mendemonstrasi yang lebih baik untuk kelainan bentuk metakarpal atau fraktur. Proyeksi ini dicapai dengan memutar tangan pasien 45 derajat mediatelly (internal) dari posisi telapak tangan dibawah.
Kallen  merekomendasikan menggunakan tangensial oblique projection untuk menunjukkan fraktur caput metacarpal. Dari posisi tangan PA, MCP joint yang fleksi 75-80 derajat dengan dorsum digit beristirahat di kaset. Tangan diputar 40-45 derajat ke arah permukaan ulnaris. Kemudian tangan diputar 40-45 derajat ke depan sampai pada MCP joint diproyeksikan melampaui proksimal phalang. Pusat sinar tegak lurus diarahkan tangensial melalui MCP joint. Variasi rotasi digambarkan untuk menunjukkan kedua base metakarpal bebas dari superimposisi.
Proyeksi Lateral (Mediolateral atau lateromedial)
Kaset : Untuk Proyeksi ini gunakan kaset 8 x 24 cm membujur untuk tangan ukuran rata-rata atau 24 x 30 cm melintang untuk dua gambar.
Posisi pasien :

  • Persilahkan pasien duduk di ujung meja radiografi dengan antebrachimenempel dengan meja dan ossa manus pada posisi lateral dengan aspek ulnaris di bawah
  • Alternatif, tempat sisi radial dari pergelangan tangan menempel kaset. Namun, posisi ini lebih sulit bagi pasien.
  • Jika siku diangkat, dukungan dengan sandbag.
Posisi Objek :
  • Ekstensikan digit pasien dan atur digit pertama di sudut kanan palmar
  • Tempatkan permukaan palmar tegak lurus terhadap kaset.
  • Pusat kaset pada MCP joint, dan atur garis tengah sejajar dengan tangan dan lengan bawah. Permukaan ulnaris letakkan pada menempel meja. Imobilisasi ibu jari mungkin diperlukan.
  • Atur phalang digit 2-5 superposisi
  • Jangan lupa gunakan apron pada pasien untuk melindungi organ sensitife.
FFD : 100 cm
Arah Sinar :
Vertikal tegak lurus pada kaset pada MCP joint digit II
Tampilan Struktur :
Gambar radiograf ini menunjukkan proyeksi lateral manus dalam keadaan ekstensi, posisi ini biasa digunakan untuk lokalisasi benda asing dan fraktur metacarpal. Teknik eksposure tergantung pada benda asing.
Kriteria Evaluasi
Anatomi yang ditunjukan pada proyeksi ini
  • Ossa manus dalam posisi true lateral ditunjukan dengan
    • Phalang superposisi kecuali ibu jari
    • Superposisi metakarpal
    • Superposisidistal radius dan ulna
  • Ekstensi  digit
  • Ibu jari bebas dari gerakan dan superimposisi
  • Terlihat anatomi distal radius dan ulna
  • Setiap garis tepi tulang superimposisi bayangan dengan metakarpal lain
CATATAN : Untuk menunjukkan fraktur lebih baik dari metakarpal kelima. Lewis merekomendasikan agar tangan rotasi 5 derajat posterior dari posisi true lateral. Posisi ini menghapus superimposisi dari metakarpal kedua sampai keempat. Ibu jari ekstensi, dan tangan diperbolehkan berongga oleh relaksasi. Central ray menyudut sehingga pas sejajar dengan ibu jari dan memasuki pertengahan dari metakarpal kelima.
Proyeksi Ap Perbandingan (Norgaard Metode)
Metode norgaard. Kadang-kadang disebut sebagai ball-catcher position, posisi ini membantu dalam mendeteksi perubahan radiologis awal yang dibutuhkan diagnosis rheumatoid arthritis. Norgaard melaporkan mungkin sering untuk pembuatan diagnosis dini dari rheumatoid artritis dengan menggunakan posisi ini sebelum tes laboratorium yang positif. Dia juga menetapkan bahwa intensifying screen memiliki butiran sangat halus akan digunakan untuk menunjukkan resolusi tinggi. Low kilovoltage (60 sampai 65) dianjurkan untuk mendapatkan kontras yang diperlukan.
Dalam sebuah artikel yang lebih baru. Stapezynski3 merekomendasikan proyeksi ini untuk demonstrasi fraktur dasar metakarpal kelima.
Kaset : Untuk proyeksi ini gunakan kaset 24 X 30 cm membujur
Posisi Pasien :
  • Pasien duduk di ujung meja radiografi. Norgaard merekomendasikan bahwa kedua tangan akan diradiografi di posisi setengah supinate untuk perbandingan.
Posisi Objek :
  • Tempatkan kedua telapak tangan bersama-sama. Pusatkan MCP joint pada aspek medial pada kedua tangan pada kaaset. Kedua tangan harus dalam posisi lateral.
  • Tempat dua  spons radiolusen 45 derajat terhadap aspek posterior dari masing-masing tangan.
  • Rotasi tangan pasien untuk posisi halfsupinate sampai permukaan dorsal setiap tangan bertumpu pada spons 45 derajat.
  • Ekstensikan jari-jari pasien, dan sedikit abduksikan ibu jari untuk menghindari superimposisi.
  • Metode asli dari posisi tangan sering diubah. Pasien diposisikan mirip dengan metode yang diterangkan kecuali jari-jari tidak ekstensi. Sebaliknya jari-jari  seolah-olah menggenggam seperti akan menangkap bola. Informasi diagnostik ini ditunjukkan dengan posisi sendiri.
  • Gunakan apron pada pasien untuk melindungi organ sensitife.
FFD : 100 cm
Arah Sinar :
Tegak lurus ke titik tengah antara kedua tangan selevel MCP joint untuk salah satu dari dua posisi pasien.
Tampilan Struktur :
Hasil gambaran menunjukkan proyeksi AP 45 derajat obliq dari kedua tangan. Radiologi awal mengalami perubahan signifikan dalam membuat diagnosis arthritis rheumathoid, simetris, sangat rendah, garis luar tulang tidak jelas sesuai dengan penempatan dari sendi kapsul dorsoradial di ujung proksimal falang pertama dari empat jari. Selain itu, demineralisasi terkait struktur tulang selalu hadir di daerah tersebut langsung di bawah cacat kontur.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini hasil yang tampak pada radiograf
  • Tampak kedua tangan dari daerah karpal ke ujung digit.
  • Kaput metakarpal bebas dari superimposisi.
  • Penggunaan tingkat kepadatan di atas kaput metakarpal.


0 komentar:

Selasa, 03 Juni 2014

0
undefined undefined undefined

Istilah-Istilah dalam Radiologi

TERMINOLOGI


1. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan alat tubuh manusia

2. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi alat tubuh manusia

3. Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tulang-tulang (Bahasa latin : Os) (Bahasa yunani : Osteon)

4. Skeleton atau rangka adalah tulang pada tubuh bersendi membentuk susunan

5. Retrograde cystografi adalah salah satu pemeriksaan traktus urinarius yang dikhususkan untuk memeriksa bagian vesica urinaria (kandung kemih ) dan uretra, dengan cara memasukan suatu bahan kontras yang dimasukan melalui uretra, dengan mengunakan kateter atau langsung menggunakan spuit.

6. Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan garis tengah 2 cm. Terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap vertebra dan berjalan melalui lubang pada diafragma tepat anterior terhadap aorta.

7. Radiobiologi adalah ilmu yang mempelajari efek biologi yang ditimbulkan akibat interaksi radiasi dengan bahan atau zat biologi

8. Artrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sendi ( penyakit sendi )

9. Miologi adalah ilmu yang mempelajari tentang otot

10. Neurologi adalah ilmu yang mempelajari tentang persarafan ( penyakit saraf )

11. Kardiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jantung ( penyakit jantung )

12. Gastrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang salurang pencernaan, terutama lambung dan usus

13. Oftalmologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mata ( penyakit mata )

14. Urologi adalah ilmu yang mempelajari tentang saluran kemih dan sistem reproduksi (penyakit saluran perkencingan)

15. Dermatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kulit ( penyakit kulit )

Fungsi Tulang


1. Formasi rangka : membentuk rangka tubuh

2. Formasi sendi : membentuk persendian

3. Perlekatan otot-otot

4. Kerja sebagai pengungkit

5. Penyokong berat badan

6. Proteksi : melindungi bagian yang halus

7. Pembentukan sumsum tulang ( haemopoesis)

8. Fungsi immunologis

9. Penyimpanan kalsium

Fungsi jaringan rawan : 

1. Penutup ujung-ujung tulang

2. Pada embrio sebagai penyangga sementara yang kemudian akan berubah menjadi tulang keras

3. Sebagai penyangga misalnya tulang hidung dan tulang telinga

4. Penyambung antara tulang

 

ISTILAH - ISTILAH RADIOLOGI


A

1. Abduksi : gerakan menjauhi tubuh atau badan

2. Adduksi : gerakan mendekati tubuh atau badan 

3. Alae : penonjolan tulang yang berbentuk sayap

4. Amprah : surat atau kertas keterangan permintaan tindakan radiologi

5. Antebrachii : tulang lengan bawah

6. Anterior : bagian depan 

7. Appendicogram : pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan pada appendiks (umbai cacing), seperti adanya penyakit usus buntu

8. Appendiks : umbai cacing

9. Appendiksitis : penyakit radang usus buntu 

10. Apron : baju pelindung radiasi yang terbuat dari bahan timbal 

11. Arteri : pembuluh darah yang membawa darah dari jantung keseluruh tubuh

12. Asendens : bagian yang naik

 

C

1.  Os Calcaneus : tulang tumit 

2.  Canaliculus / Kanalikulus : sebuah saluran tulang yang kecil

3.  Canalis : sebuah saluran tulang

4.  Caninus : gigi taring 

5.  Capitulum / Kapitulum :  penonjolan sendi yang bulat dan kecil

6.  Capsula bowman : capsula ginjal yang dipagari oleh capillaries  

7.  Caput / Kaput : penonjolan kepala sendi berbentuk bulat

8.  Cardiomegali : pembesaran jantung

9.  Caudal : bagian ekor 

10.  Os Cervical : tulang leher 

11.  Os Clavicula : tulang selangka 

12. Colon : usus besar 

13. Condylus : merupakan bagian sendi dari tulang yang membesar dan berbentuk bulat

14. Cornu / Kornu : penonjolan tulang seperti tanduk yang panjang

15. Corpus Alienum : benda asing yang masuk ke dalam tubuh  

16. Os Costae : tulang rusuk

17. Os.Costae fluctuantes : tulang rusuk melayang

18. Os Costae sporia : tulang rusuk palsu

19. Os Costae vera : tulang rusuk sejati

20. Os Coxae : tulang duduk

21. Cranial : bagian kepala 

22. Cranium : tulang kepala 

  

D 

1. Defleksi : gelombang ultrasound yang dipantulkan kembali setelah mengenai permukaan media

2. Dekstra : bagian kanan

3. Dehidrasi : kekurangan cairan atau pengurangan volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran yang berlebihan atau penyusutan yang tidak diganti sehingga tidak mempunyai persediaan yang cukup 

4. Densitas : derajat kehitaman dari sebuah foto rontgen

5. Desendens : bagian yang turun 

6. Disfagia : kesulitan untuk menelan atau memasukan makanan 

7. Dislokasi :  terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi

8. Distal : bagian yang jauh dari tubuh 

9. Duodenum : bagian utama usus halus panjangnya 25 cm,berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala pancreas 

E

1. Echo : suara atau gema

2. Edema : tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat adanya gangguan keseimbangan cairan didalam tubuh

3. Efusi pleura : pengumpulan cairan didalam rongga pleura

4. Ekstensi : meluruskan kembali sendi

5. Eksternal : bagian luar

6. Emboli : obstruksi pembuluh darah oleh badan materi yang tidak larut 

7. Empiema : nana di dalam rongga pleura 

8. Endoscopy :  suatu instrumen yang digunakan untuk memeriksa interior sebuah organ berongga atau rongga tubuh. Tidak seperti kebanyakan perangkat pencitraan medis, endoskopi dimasukkan langsung ke organ 

9. Epicondylus : penonjolan yang bukan persendian, tempatnya diatas kondilus

10. Erect : posisi berdiri 

 

F

1. Femur : tulang paha 

2. Fasies : sebuah dataran permukaan sendi

3. FFD : Focus Film Distance atau jarak antara fokus pada tabung sinar - x dengan film

4. Os Fibula : tulang betis

5. Filter : berfungsi supaya berkas sinar-x yang heterogen menjadi lebih homogen sehingga kualitas menjadi baik dan juga berfungsi untuk mengurangi jumlah sinar-x dengan energi foto yang rendah yang tidak dapat dimanfaatkan dalam pencitraan sehingga tidak perlu keluar dari tabun

6. Fleksio : membengkokkan atau melipat sendi 

7. Foramen : sebuah lubang kecil (pintu pada tulang) 

8. Fossa : lekukan tulang yang luas

9. Fovea : sebuah lekukan tulang yang kecil 

10. Fraktur : patah tulang  atau terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya

 

G

1. Gallipot : sebuah wadah untuk tempat obat atau bahan kontras 

2. Gastritis : radang pada gaster 

3. Genue : dengkul

4. Gonad : alat reproduksi atau organ yang membuat gamet  (pada laki laki adalah testis, dan pada perempuan adalah ovarium

 

H

1. Hemothoraks : darah di dalam rongga pleura biasa terjadi karena cedera di dada

2. Hepatitis : peradangan pada sel-sel hati 

3. Hepatomegali : pembesaran hati

4. Hernia : biasa dikenal dengan turun berok atau penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut 

5. High Kv : teknik pada bidang radiologi dengan memanfaatkan tegangan (kV) tinggi dengan menurunkan nilai mAs untuk menghasilkan gambaran radiografi yang sama dengan kondisi kV standar pada sebuah pemeriksaan radiologi. 

6. Horizontal : garis mendatar 

7. Hydroneprosis : distensi dan dilatasi dari renal pelvic, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal (Obstruksi), Hydroneprosis biasa disebut pembesaran ginjal

8. Os Hyoideum : tulang lidah

9. Humerus : tulang lengan atas

 

I.

1. Incusura / Insisura : sebuah lekukan tulang atau lengkungan dari sebuah pinggir tulang

2. Inferior : bagian bawah 

3. Insert tube : salah satu dari komponen tabung sinar-x yang terbuat dari tabung kaca hampa udara dengan dilengkapi KNAP yang saling berhadapan 

4. Insisivus : gigi seri

5. Internal : bagian dalam 

 

K

1. Karsinoma : tumor ganas 

2. Kateter : sebuah pipa panjang,ramping,dan fleksibel,yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk beraneka tujuan.Kateter terbuat dari bahan lentur yang dapat dilihat dengan sinar-X.

3. Kolimasi : merupakan bagian yang terbaik dari x-ray beam restrictors yang digunakan untuk mengatur luas lapangan penyinaran, keluarnya sinar-x dan sebagai off fokus radiasi  

4. Kromosom Asentrik : potongan kecil kromosom yang tidak mengandung sentromer. Kromosom ini merupakan hasil dari terjadinya delesi atau pematahan pada lengan kromosom, baik terminal atau interstisial.  

5. Kromosom Cincin (ring) : hasil penggabungan lengan kromosom dari dari satu kromosom yang sama.   

6. Kromosom Disentrik : kromosom dengan dua buah sentromer sebagai hasil dari penggabungan dua kromosom yang mengalami patahan 

  

L

1. Os Lacrimale : tulang air mata  

2. Lamina : lempeng tulang yang tipis

3. Lateral : posisi miring dalam kondisi tidur ataupun berdiri

4. Os Laximale : tulang mata 

5. LET : Linear Energy Transfer atau tingkat energi yang tersimpan sebagai partikel bermuatan pada saat radiasi menembus bahan ( keV / mikron )

6. Longitudinal : membujur 

7. Os Lumbal : tulang pinggang 

 

M

1. Malleolus : merupakan penonjolan tulang yang besar (pada ujung bawah tibia dan fibula)

2. Os Mandibula : tulang rahang bawah 

3. Os Manubrium sterni : tulang hulu 

4. Ossa Manus : tangan 

5. Marker : alat yang terbuat dari timbal yang di gunakan sebagai penanda objek  (biasanya Marker itu R atau L maksud nya yaitu R untuk penanda bagian objek sebelah kanan dan L untuk penanda bagian objek sebelah kiri )

6. Maskularis : susunan otot 

7. Os Maxilla : tulang rahang atas

8. Medial : bagian tengah 

9. Minyak pendingin : berfungsi sebagai menetralisir atau mendinginkan panas yang dikeluarkan pada saat eksposi dan juga berfungsi sebagai memproteksi tegangan tinggi. 

9. Molar : gigi geraham 

 

N

1. Os Nasal : tulang hidung 

2. Needle : jarum suntik (wing needle : jarum suntik berbentuk sayap)

3. Nervus : susunan syaraf 

 

O

1. Oblique : posisi tubuh dalam keadaan miring sebesar 45 derajat

2. Oral : mulut 

3. Os Orbita : tulang rongga mata 

3. Os : tulang

4. Ossa : tulang - tulang 

 

P

1. Os Patella : tulang tempurung lutut 

2. Ossa Pedis :  tulang kaki 

3. Pelvis : tulang panggul

4. Perifer : bagian tepi 

5. Plain foto : foto pendahuluan untuk mengecek persiapan yang dilakukan oleh pasien 

6. Polyuria : fisiologis normal dalam beberapa keadaan, seperti diuresis dingin, diuresis ketinggian, dan setelah minum cairan dalam jumlah besar.

7. Post Void : keadaan dimana jumlah urine dalam kandung kemih sudah sedikit bahkan tidak ada karena telah dikeluarkan melalui prosses buang air kecil  

8. Posterior : bagian belakang 

9. Premolar : gigi geraham depan

10. Processus : merupakan penonjolan yang panjang 

11. Os Proccessus Xyphoideus : tulang taju pedang 

12. Profunda : dalam

13. Proksimal : bagian yang dekat ke pusat tubuh 

14. Prone : posisi tiduran diatas meja pemeriksaan 

15. Os Pubis : tulang kemaluan 

16. Pulser : alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untung merangsang kristal pada transducer dan membangkitkan pulsa ultrasound 

17. Pyelonepritis : inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal.  


R

1. Radiosensitifitas : tingkat sensitivitas terhadap paparan radiasi yang berhubungan dengan kematian sel, khususnya kematian reproduktif sel 

2. Os Radius : tulang pengumpil 

3. Ragebol : kemoceng 

4. Ramus : sebuah cabang yang besar dari bagian tubuh utama

5. Refraksi : perubahan panjang gelombang akibat dari berpindahnya gelombang ultrasound dari suatu media ke media lainnya. hal ini menyebabkan penurunan intensitas 

6. Rotasi : gerakan memutar sendi 

 

S

1. Sand bag : bantalan pasir yang berfungsi supaya tidak ada pergerakan pada objek 

2. Os Sacrum : tulang kelangkang

3. Os Scavula : tulang belikat

4. Sel : bagian yang terkecil dari makluk hidup yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop 

5. Sentral : bagian pusat 

6. Sinistra : bagian kiri 

7. Sinus : sebuah rongga yang berisi udara

8. Sirkumduksio : gerak sirkular atau pergerakan gabungan fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi

9. Sirosis : penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi hati sudah sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati dan hati menjadi keras 

10. Spina : sebuah penonjolan tulang yang runcing 

11. Spons : alat yang terbuat dari busa yang digunakan supaya objek tidak mengalami pergerakan 

12. Spuit :  sebagai alat untuk pemasukan bahan kontras atau sebagai injector

13. Striktura : penyempitan pada organ

14. Sulcus : depresi atau celah di permukaan organ

15. Superfisial : dangkal

16. Superior : bagian atas

17. Supine : posisi tidur terlentang di atas meja pemeriksaan

 

T

1. Thorax : paru - paru

2. Os Tibia : tulang kering

3. Tourniquet : berfungsi untuk mengontrol vena dan arteri sirkulasi ke ujung pada jangka waktu tertentu.

4. Transducer : alat yang berfungsi sebagai transmitter (pemancar) sekaligus sebagai receiver (penerima). dalam fungsinya sebagai pemancar, transducer merubah energi listrik menjadi mekanik berupa getaran suara berfrekuensi tinggi. dan fungsi receiver pada transducer adalah merubah mekanik menjadi listrik    

5. Transversal : melintang 

6. Trochanter : penonjolan tulang yang bulat dengan ukuran besar

7. Trochlea : bagian persendian tulang yang berbentuk katrol

8. Tuber : penonjolan tulang bentuknya besar

9. Tuberositas : penonjolan tulang yang berbentuk bulat dengan ukuran sedang

10. Tube Shield : berfungsi sebagai pengaman dan proteksi komponen-komponen yang ada didalamnya, perisai tabung terbuat dari metal + Pb.  

11. Tube Housing : salah satu dari komponen tabung sinar-x yang berfungsi untuk melindungi insert tube dari benturan fisik dan juga menjaga agar sinar-x tidak menyebar kesegala arah 

 

U

1. Umbilikus : pusar

2. Ulcers :    erosi dari mukosa dinding lambung (karena cairan gaster, diet, rokok, bakteri )  

3. Os Ulna : tulang hasta 

4. Urinari : sistem perkemihan 

5. USG (Ultrasonografi) : pemeriksaan dalam bidang penunjang radiodiagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan imajing tanpa menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping, relatif murah, pemeriksaannya cepat dan persiapan serta peralatannya lebih mudah 

 

V

1. Vena : pembuluh darah balik yang membawa darah dari jaringan tubuh kembali ke jantung

2. Vertebrae : ruas tulang belakang

3. Vertikal : garis tegak 

4. Viewing box : boks atau kotak yang didalam nya terdapat sebuah lampu yang digunakan untuk memperjelas atau membantu dalam proses membaca foto rontgen 

 

W

1. Window : berfungsi sebagai jendela pengatur keluarnya sinar-x pada tube housing.

2. Wire : alat yang menghubungkan pulsa listrik dengan kristal

3. Wrist atau carpals : tulang pergelangan tangan 

 

X

1. X-ray beam restrictors : perangkat yang terpasang pada pembukaan di tube housing sinar x-mengatur ukuran dan bentuk berkas sinar-x. restrictors dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu aperture diafragma, canus dan cilinders dan kolimator.

 

Z

1. Zygomaticum : tulang pipi

 

Sumber: http://cafe-radiologi.blogspot.com/p/istilah-radiologi.html

0 komentar:

0
undefined undefined undefined

Sejarah Radiologi

Sejarah Radiologi
Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.


Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.


Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya, terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Roentgen ialah benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah pistol dan kompas.
Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pda tahun 1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian, Marie dan Piere Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia. Tidak lama sesudah itu mereka menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak dari uranium.
Baik Roentgen yang pada tahun-tahun setelah penemuannya mengumumkan segala yang diketahuinya tentang sinar X tanpa mencari keuntungan sedikitpun, maupun Marie dan Piere Curie yang juga melakukan hal yang sama, menerima hadiah Nobel. Roentgen menerima pada tahun 1901, sedangkan Marie dan Piere Curie pada tahun 1904. Pada tahun 1911, Marie sekali lagi menerima hadiah Nobel untuk penelitiannya di bidang kimia. Hal ini merupakan kejadian satu-satunya di mana seseorang mendapat hadiah Nobel dua kali. Setelah itu, anak Marie dan Piere Curie yang bernama Irene Curie juga mendapat hadiah Nobel dibidang penelitian kimia bersama dengan suaminya, Joliot pada tahun 1931.
Sebagaimana biasanya sering terjadi pada penemuan-penemuan baru, tidak semua orang menyambutnya dengan tanggapan yang baik. Ada saja yang tidak senang, malahan menunjukkan reaksi negative secara berlebihan. Suatu surat kabar malamdi London bahkan mengatakan bahwa sinar baru itu yang memungkinkan orang dapat melihat tulang-tulang orang lain seakan-akan ditelanjangi sebagai suatu hal yang tidak sopan. Oleh karena itu, Koran tersebut menyerukan kepada semua Negara yyang beradab agar membakar semua karya Roentgen dan menghukum mati penemunya.
Suatu perusahaan lain di London mengiklankan penjualan celana dan rok yang tahan sinar-X, sedangkan di New Jersey, Amerika Serikat, diadakan suatu ketentuan hokum yang melarang pemakaian sinar-X pada kacamata opera. Untunglah suara-suara negatif ini segera hanyut dalam limpahan pujian pada penemu sinar ini, yang kemudian ternyata benar-benar merupakan suatu revolusi dalam ilmu kedokteran.
Seperti dikatakan di atas, Roentgen menemukan hampir semua sifat fisika dan kimia sinar yang diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat biologiknya. Sidat ini baru diketahui beberapa tahun kemudian sewaktu terlihat bahwa kulit bias menjadi berwarna akibat penyinaran Roentgen. Mulai saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama kelamaan yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang menjadi korban sinar ini.
Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Roentgen adalah berupa kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan sampai merontokkan rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu dapat menjelma menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.
Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar Roentgen ini. Nama-nama korban itu tercantum dalam buku yang diterbitkan pada waktu kongres Internasional Radiologi tahun 1959 di Munich: Das Ehrenbuch der Roentgenologen und Radiologen aller Nationen.
Salah seorang korban diantara korban sinar Roentgen ini ialah dr.Max Hermann Knoch, seorang Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Beliau adalah dokter tentara di Jakarta yang pertama kali menggunakan alat Roentgen maka ia bekerja tanpa menggunakan proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan. Misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota tubuh dan tangannya pun ikut terkena sinar, sehingga pada tahun 1904, dr.Knoch telah menderita kelainan-kelainan yang cukup berat, seperti luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Pada tahun 1905 beliau dikirim kembali ke Eropa untuk mengobati penyakitnya ini, namun pada tahun 1908 kembali lagi ke Indonesia dan bekerja sebagai ahli radiologi di RS.Tentara, Surabaya, sampai tahun 1917. Pada tahun 1924 ia dipindahkan ke Jakarta, dan bekerja di rumah sakit Fakultas Kedokteran sampai akhir hayatnya. Akhirnya hamper seluruh lengan kiri dan kanannya menjadi rusak oleh penyakit yang tak sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan ternyata menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai di amputasi salah satu lengannya, tetapi itupun tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pada tahun 1928, dr.Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru-parunya.
Setelah diketahui bahwa sinar Roentgen dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang dapat berlanjut sampai berupa kanker kulit bahka leukemia, maka mulailah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan tersebut. Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953 dibentuk The International Committee on Radiation Protection, yang menetapkan peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka tidak perlu khawatir akan bahaya sinar Roentgen.
Diantara petunjuk-petunjuk proteksi terhadap radiasi sinar Roentgen tersebut adalah: menjauhkan diri dari sumber sinar, menggunakan alat-alat proteksi bila harus berdekatan dengan sinar seperti sarung tangan, rok, jas, kursi fluoroskopi, berlapis timah hitam (Pb) dan mengadakan pengecekan berkala dengan memakai film-badge dan pemeriksaan darah, khususnya jumlah sel darah putih (leukosit).
Di Indonesia penggunaan sinar Roentgen cukup lama. Menurut laporan, alat Roentgen sudah digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Selanjutnya pada awal abad ke-20 ini, sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah sakit Militer dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Ahli radiologi Belanda yang bekerja pada Fakultas Kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun sebelum perang dunia ke II adalah Prof.B.J. Van der Plaats yang jugatelah memulai melakukan radioterapi disamping radiodiagnostik.
Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini adalah R.M. Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di Semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan Jepang dipindahkan ke Surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.
Pada tahun yang sama dengan penemuan sinar Roentgen, lahirlah seorang bayi di pulau Rote, NTT, yang bernama Wilhelmus Zacharias Johannes, yang dikemudian hari berkecimpung di bidang radiologi.
Pada akhir tahun dua puluhan waktu berkedudukan di kota Palembang, dr. Johannes jatuh sakit cukup berat sehingga dianggap perlu dirawat untuk waktu yang cukup lama di rumah sakit CBZ Jakarta. Penyakit yang diderita ialah nyeri pada lutut kanan yang akhirnya menjadi kaku (ankilosis). Selama berobat di CBZ Jakarta, beliau sering diperiksa dengan sinar Roentgen dan inilah saat permulaan beliau tertarik dengan radiologi. Johannes mendapat brevet ahli radiologi dari Prof. Van der Plaats pada tahun 1939. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar pertama dalam bidang radiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1946.
Pada tahun 1952 Johannes diberi tugas untuk mempelajari perkembangan-perkembangan ilmu radiologi selama beberapa bulan di Eropa. Beliau berangkat dengan kapal Oranje dari Tanjung Priok. Pada saat keberangkatan, beberapa anggota staf bagian radiologi, yaitu dr. Sjahriar Rasad, Ny. Sri Handoyo dan Aris Hutahuruk alm. turut mengantar beliau. Prof. Johannes meninggal dunia dalam melakukan tugasnya di Eropa pada bulan September 1952. selain menunjukkan gejala serangan jantung, beliau juga menderita Herpes Zoster pada matanya, suatu penyakit yang sangat berbahaya.
Dalam usaha untuk menempatkan nama beliau sebagai tokoh radiologi kaliber dunia, maka pada kongres radiologi internasional tahun 1959 di Munich, delegasi Indonesia di bawah pimpinan Prof.Sjahriar Rasad berhasil menempatkan foto beliau di antara Martyrs of Radiology yang ditempatkan di suatu ruangan khusus kongres tersebut. Tahun 1968 beliau dianugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan oleh Pemerintah, walaupun telah wafat. Dan pada tahun 1978 jenazah almarhum dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata.
Almarhum tidak saja dianggap sebagai Bapak Radiologi bagi para ahli radiologi, melainkan juga oleh semua orang yang berkecimpung dalam radiologi termasuk radiographer. Beliau juga adalah Bapak Radiologi dalam bidang pendidikan dan keorganisasian. Beliaulah yang mengambil prakarsa untuk mendirikan Sekolah Asisten Roentgen pada tahun 1952, dan beliaulah yang mulai mendirikan organisasi yang mendahului Ikatan Ahli Radiologi Indonesia (IKARI) yaitu seksi radiologi IDI pada tahun 1952.
Pada tahun 1952 segelintir ahli radiologi yang bekerja di RSUP yaitu G.A.Siwabessy, Sjahriar Rasad, dan Liem Tok Djien, mendirikan Sekolah Asisten Roentgen karena dirasakan sangat perlunya tenaga asisten Roentgen yang berpendidikan baik.
Pada tahun 1970 Sekolah Asisten Roentgen yang dahulunya menerima murid lulusan SMP ditingkatkan menjadi Akademi Penata Roentgen (APRO) yang menerima siswa lulusan SMA.
Dengan semakin banyaknya jumlah asisten Roentgen yang berpengalaman, bahkan beberapa diantaranya mendapat pendidikan tambahan di luar negeri, maka pelajaran-pelajaran di APRO sebagian besar sudah dapat diberikan oleh para asisten Roentgen dan hanya Direktur sajalah yang berpangkat ahli radiologi karena merupakan syarat bagi suatu akademi. Para ahli radiologi sangat berkepentingan dalam perkembangan dan peningkatan mutu para asisten Roentgen, yang sekarang nama resminya menjadi penata Roentgen.

0 komentar: